Kamis, 01 Desember 2016


Tana Toraja sudah sangat terkenal dengan budaya pemakamannya dan juga adat istiadatnya, tapi tahukah kamu ada banyak tempat keren yang bisa kamu kunjungi disini. Toraja atau yang dikenal juga dengan Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Keeksotisan wilayah dan budaya yang dimiliki Tana Toraja membuat nama Tana Toraja telah bergaung sampai ke kancah internasional.
Rumah Adat Tana Toraja

Tana Toraja terkenal dengan masyarakatnya yang memiliki kepercayaan, aturan, serta ritual tradisi yang cukup ketat. Menurut mitos yang telah diceritakan secara turun-temurun, nenek moyang asli masyarakat Toraja dipercaya berasal dari surga dan turun langsung ke bumi dengan menggunakan tangga. Tangga inilah yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi antara nenek moyang dengan Puang Matua (Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Toraja).

Sebagai bentuk pelestarian tradisi dan penghormatan terhadap nenek moyangnya, masyakarat Tana Toraja memiliki beberapa upacara dan ritual adat yang masih dipertahankan dan rutin diselenggarakan hingga kini. Upacara adat tersebut di antaranya yang paling terkenal adalah Tradisi Ma’nene. Selain itu, Tana Toraja juga memiliki bangunan adat yang disucikan dan kerap digunakan untuk pelaksanaan upacara tertentu seperti Kete Ketsu dan Museum Ne’ Gandeng

sekarang, bagaimana caranya menuju Tana Toraja ? kamu bisa mengambil penerbangan menuju makassar, beberapa bulan yang lalu saya melihat ada salah satu maskapai indonesia yang beberikan harga promo Jakarta - Makassar hanya 300 ribu rupiah, coba saja kamu cek siapa tahu masih ada promonya. dari Kota Makassar, perjalanan panjang justru di mulai, kamu harus melalui jalur darat selama 8 jam, dari bandara kamu bisa menggunakan Damri menuju terminal Bus yang dimana ada Bus yang langsung menuju Tana Toraja.

1. Tradisi Ma'Nene


Salah satu tradisi khas Tana Toraja yang telah menjadi destinasi wisata tradisi populer bagi turis lokal maupun mancanegara adalah tradisi Ma’nene. Tradisi Ma’nene merupakan tradisi mengenang leluhur dengan cara membersihkan dan menggantikan baju mayat para leluhur masyarakat Tana Toraja. Tradisi ini secara khusus dilakukan oleh masyarakat Baruppu yang tinggal di pedalaman Toraja Utara.
Bagi masyarakat di wilayah Baruppu, mayat atau jenazah kerabat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anggota keluarga yang masih hidup. Selain itu, Masyarakat Baruppu memiliki kepercayaan bahwa meskipun secara jasad telah meninggal, arwah para leluhur tetap “hidup” dan mengawasi keturunannya dari alam lain.
Oleh karena itu, setiap 3 tahun sekali atau sekitar bulan Agustus saat telah lewat masa panen, dilakukan “pembersihan” terhadap mayat atau jenazah kerabat mereka. Caranya adalah dengan mengeluarkan “mumi” jenazah dari dalam peti untuk dibersihkan dan digantikan pakaiannya dengan pakaian yang baru. Tidak hanya dipakaikan pakaian baru, mayat para leluhur ini juga didandani dengan rapi selayaknya orang yang akan menghadiri sebuah pesta.
Peti berisi jenazah para leluhur ini dikeluarkan dari dalam liang gunung batu. Kemudian, jenazah leluhur yang berada di dalam peti juga dikeluarkan sambil diiringi dengan pembacaan doa-doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah dikeluarkan, mayat tersebut diangkat dan dibersihkan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kain bersih.
Setelah dibersihkan, mayat tersebut didandani, dipakaikan baju baru, lalu didirikan. Keluarga mayat tersebut biasanya memangku, mendirikan, dan menjaga mayat agar tidak menyentuh dasar tanah karena hal itu merupakan pantangan dalam tradisi ini.
Uniknya, mayat para leluhur masyarakat Toraja ini bisa berdiri dengan tegak dan berjalan layaknya masih hidup, lho. Hal tersebut diyakini bisa terjadi karena doa-doa dan mantra-mantra yang dipanjatkan para tetua dan pemimpin tradisi sebelum tradisi dimulai.
Jangan coba-coba menyentuh mayat yang sedang berdiri atau berjalan. Jika mayat yang sedang berdiri atau berjalan ini terkena sentuhan, efek mantra atau hipnotisnya akan hilang dan mayat tersebut akan terjatuh. Selain itu, orang yang menyentuh mayat tersebut hingga jatuh adalah orang yang wajib membangunkan mayat itu kembali ke posisi semula. Para wisatawan yang hadir dalam tradisi ini biasanya akan diingatkan secara keras oleh para tetua adat yang memimpin tradisi ini.
Lalu, ke manakah mayat-mayat ini berjalan? Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa mayat-mayat leluhur ini akan berjalan pulang ke rumahnya masing-masing. Ketika sampai di rumah, mayat-mayat ini akan berbaring seperti sedia kala.
Untuk budaya unik yang satu ini, kita patut berbangga. Pasalnya, kebanyakan wisatawan mancanegara sangat tertarik untuk melihat tradisi “mumi” yang seringkali dianggap mustahil ini. Konon katanya, seperti melihat serial The Walking Dead di dunia nyata!

2. Upacara Rambu Solo


Destinasi wisata tradisi lainnya yang tidak kalah populer di Tana Toraja adalah Upacara Rambu Solo. Jika tradisi Ma’nene merupakan ritual “pembersihan” jenazah para leluhur, lain halnya dengan Upacara Rambu Solo yang merupakan ritual penguburan khusus bagi orang-orang yang telah meninggal.
Tana Toraja memang terkenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan kuat terhadap hal-hal gaib dan mistis. Oleh karena itu, masyarakat Tana Toraja memiliki banyak kebudayaan dan tradisi yang berkaitan dengan mayat, arwah, atau hal-hal mistis lainnya. Hal inilah yang kemudian menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi Tana Toraja.
Bagi masyarakat Tana Toraja, orang-orang yang telah meninggal dianggap seperti orang yang sedang sakit. Atas dasar kepercayaan tersebut, mereka yang telah meninggal masih terus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang hidup salah satunya dengan disediakan makanan dan minuman, rokok, sirih, dan beragam sesajen lainnya.
Masyarakat Tana Toraja memiliki kepercayaan bahwa orang yang telah meninggal harus diberikan upacara penguburan yang layak dengan aturan-aturan tertentu. Tanpa dilakukannya upacara penguburan Rambu Solo, konon arwah orang yang meninggal tersebut akan memberikan bencana dan kemalangan bagi orang atau kerabat yang ditinggalkannya.
Upacara Rambu Solo merupakan upacara penguburan yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang cukup banyak, membutuhkan biaya yang besar, serta persiapan yang berbulan-bulan lamanya. Selama menunggu persiapan upacara ini, jenazah orang yang telah meninggal tidak dikuburkan melainkan disimpan di rumah leluhur (Tongkonan) dengan dibungkus kain terlebih dahulu.
Salah satu ciri khas dari upacara ini adalah adanya kegiatan wajib memotong kerbau dan babi dengan jumlah yang ditentukan tetua adat. Biasanya, semakin kaya dan tinggi pangkat seseorang di Toraja, biaya upacara pemakaman yang dikeluarkan pun akan semakin mahal.
Jika orang yang meninggal berasal dari kalangan bangsawan, keluarga bangsawan tersebut harus mengadakan upacara Rambu Solo dengan memotong kerbau dan babi sekitar 24 sampai dengan 100 ekor. Satu di antara sekian jumlah kerbau tersebut harus merupakan kerbau belang yang terkenal memiliki harga sangat fantastis sekitar 500 juta hingga 1 miliar.
Hal yang unik sekaligus menegangkan dari upacara ini adalah kerbau-kerbau yang menjadi kurban tersebut tidak dipotong selayaknya hewan ternak, melainkan dipotong dengan satu kali tebasan sebilah parang tajam pada lehernya. Kerbau pun akan langsung mati terkapar sesaat setelah tebasan parang itu.
Mengapa harus kerbau? Masyarakat Tana Toraja memiliki kepercaaan bahwa arwah dari orang yang telah meninggal membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanan menuju Puya atau alam akhirat. Semakin banyak kerbau yang disembelih, semakin cepat juga arwah tersebut akan sampai ke Puya.
Upacara Rambu Solo biasanya berlangsung selama berhari-hari sekitar 2—3 hari dan dimulai pada saat siang hari. Untuk kalangan bangsawan, biasanya upacara ini berlangsung hampir 2 minggu lamanya. Kegiatan lain dalam upacara ini selain pemotongan kerbau adalah menyiapkan kuburan bagi jenazah yang akan dikuburkan.
Kuburan tersebut dibuat di bagian atas tebing bukit batu yang tinggi. Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa semakin tinggi jenazah diletakkan, akan semakin cepat juga arwah jenazah tersebut sampai ke surga atau nirwana.
Upacara ini juga dilengkapi dengan iringan musik, nyanyian, lagu-lagu, puisi, dan lain sebagainya. Selama upacara berlangsung, jenazah orang yang telah meninggal tetap disimpan di rumah leluhur (Tongkonan). Arwah jenazah ini dipercaya masih berada di desa atau di sekitar tempat tinggalnya sampai upacara selesai. Setelah upacara selesai, jenazah baru akan dikuburkan di kuburan yang telah dipersiapkan. Saat itulah masyarakat Tana Toraja percaya bahwa arwah dari jenazah tersebut akan memulai perjalanan menuju Puya.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan langsung upacara ini, Anda disarankan untuk menghubungi travel agent yang menyediakan wisata ke Toraja dengan daftar Upacara Rambu Solo sebagai salah satu destinasinya. Pasalnya, upacara ini tidak berlangsung dalam kurun waktu yang rutin, melainkan baru diadakan ketika ada salah satu warga Toraja yang meninggal. Biasanya, travel agent memiliki link khusus yang akan memberikan informasi kapan upacara Rambu Solo di Tana Toraja diselenggarakan.

3. Kete Kesu



Beralih dari destinasi wisata tradisi, Tana Toraja juga memiliki destinasi wisata alam yang tidak kalah uniknya yaitu Kete Kesu. Kete Kesu merupakan kawasan desa wisata di Kabupaten Toraja Utara yang terletak sekitar 4 km di sebelah tenggara Ratenpao.
Desa yang telah menjadi objek wisata ini berada di kawasan perbukitan serta persawahan sehingga pemandangan alam yang dihadirkan pun sangat hijau dan asri. Di Desa Kete Kesu terdapat sebuah kompleks rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan. Tongkonan inilah yang seringkali menjadi tempat penyimpanan sementara bagi jenazah yang telah dibungkus kain sebelum dikuburkan.
Selain itu, di bagian atas tebing bukit Kete Kesu, terdapat kuburan batu yang merupakan peninggalan purbakala yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun. Di Toraja, peti mati tempat menyimpan jenazah biasanya diletakkan di gua-gua batu tertentu tanpa dikubur di dalam tanah. Oleh karena itu, tak jarang juga peti mati juga sekaligus dianggap sebagai makam.
Di tebing paling atas, terdapat kuburan batu sekaligus peti mati yang menyerupai perahu. Di kuburan berupa perahu ini terdapat tengkorak-tengkorak dan tulang-tulang manusia yang telah meninggal puluhan hingga ratusan tahun lalu. Di beberapa titik tebing, terdapat juga aneka sesajen yang terdiri atas rokok dan berbagai makanan serta minuman. Konon, sesajen yang disajikan di kuburan-kuburan ini berisi kudapan yang disukai oleh orang yang telah meninggal tersebut semasa hidupnya.
Turun ke bagian bawah tebing, Anda akan menemukan makam-makam yang berbentuk rumah dengan ukuran sangat besar. Di depan makam ini diletakkan patung manusia yang dibuat menyerupai orang yang meninggal. Biasanya, orang-orang yang meninggal yang dikuburkan ke dalam makam jenis ini adalah orang-orang yang berasal dari kalangan tertentu di Toraja.
Di sepanjang dinding tebing menuju ke bagian bawah, terdapat juga makam yang ditutupi dengan jeruji besi. Di dalam makam yang ditutupi oleh jeruji besi ini terdapat patung-patung jenazah dari anggota keluarga tertentu. Selain itu, biasanya harta benda keluarga jenazah itu juga dimasukkan ke dalam makam berjeruji tersebut. Oleh karena itu, jeruji besi dipasang dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pencurian patung maupun harta benda milik jenazah tersebut.
Selain berbentuk perahu dan berbentuk lubang di tebing, ada juga makam sekaligus peti mati yang dipahat dan diukir rapi berbentuk kerbau dan babi. Peti mati yang berbentuk kerbau biasanya diperuntukkan bagi jenazah laki-laki, sedangkan peti mati yang berbentuk babi biasanya diperuntukkan bagi jenazah perempuan.
Beralih dari kemistisan makam dan peti mati, di wilayah Kete Kesu ini juga tersedia deretan toko souvenir khusus yang menjajakan oleh-oleh khas Tana Toraja. Salah satu oleh-oleh khas Tana Toraja yang paling terkenal adalah ukiran kayu dengan berbagai motif. Motif yang melekat pada ukiran kayu ini biasanya adalah motif hewan dan tanaman yang melambangkan kebaikan dan kesejahteraan.
Puas berkeliling Kete Ketsu, jangan lupa mampir berbelanja di toko-toko souvenir ini. Dijamin, liburanmu ke Tana Toraja akan semakin berkesan!

4. Londa


Masih seputar makam khas yang ada di Toraja, kali ini Tana Toraja memiliki Londa yaitu sebuah kompleks makam yang terletak di sebuah tebing batu. Londa telah menjadi salah satu objek wisata di Tana Toraja yang wajib Anda kunjungi. Katanya, belum ke Toraja kalau tidak berkunjung ke Londa. Wow, menarik, ya?
Londa terletak kurang lebih sekitar 7 km di selatan Kota Rantepao. Kota Rantepao sendiri merupakan kota yang menjadi pusat pariwisata serta akomodasi bagi para wisatawan yang datang ke Tana Toraja. Letaknya yang strategis ini membuat Londa dapat dikunjungi dengan berbagai jenis transportasi seperti ojek, bemo, atau pun mobil sewaan.
Letaknya yang dikelilingi pegunungan membuat suasana di sekitar Londa menjadi sejuk dan cenderung agak dingin. Ketika memasuki area Londa, Anda akan merasakan nuansa yang berbeda. Perpaduan antara nuansa mistis dan cuaca yang sejuk cenderung dingin.
Di sepanjang tebing yang ada di kompleks pemakaman Londa, terdapat gua-gua atau lubang-lubang yang memang sengaja dibuat dan dipahat untuk meletakan peti mati yang berisi jenazah. Tidak sembarang peti mati berisi jenazah dapat diletakan di dalam gua yang ada di Londa ini. Biasanya, pengaturan penempatan peti mati disesuaikan dengan garis keluarga.
Uniknya, di setiap gua atau lubang yang ada di tebing batu diletakkan sederet patung kayu yang disebut Tau-Tau. Deretan patung kayu ini bukan merupakan patung biasa melainkan patung yang dipahat dan diukir sedemikian rupa agar menyerupai orang yang telah meninggal yang diletakkan di dalam gua tersebut.
Proses ukir dan pahatnya pun tidak sembarangan. Setiap detail wajah orang yang telah meninggal juga turut diperhatikan misalnya garis kerut atau kendur yang ada pada wajah. Tidak hanya itu, kayu yang dipilih untuk dijadikan patung pun merupakan kayu nangka yang berwarna kuning dan mendekati warna kulit manusia. Deretan patung ini seolah-olah menjadi “penjaga” gua makam sekaligus representasi dari identitas jenazah yang umumnya terletak di batu nisan.

Di sekitar deretan Tau-Tau juga terdapat peti-peti mati atau yang biasa disebut erong yang posisinya disangga oleh kayu-kayu. Dengan disangga oleh kayu, peti-peti mati yang lokasinya berada di atas tebing yang curam ini akan aman dan tidak jatuh. Peti-peti mati inilah yang disebut sebagai makam gantung.
Bagi masyarakat Tana Toraja, peti mati atau erong yang dimakamkan dengan cara digantung ini adalah peti khusus bagi kaum bangsawan dan kaum terhormat yang meninggal. Tingginya letak penempatan peti mati di tebing disesuaikan dengan tingkat jabatan atau derajat kaum bangsawan tersebut. Semakin tinggi derajat atau jabatan bangsawan yang meninggal tersebut, akan semakin tinggi juga letak petinya ditempatkan di tebing batu.
Sesuai kepercayaan masyarakat Tana Toraja, semakin tinggi letak makam atau kuburan jenazah, akan semakin cepat juga arwaah dari jenazah tersebut sampai ke surga atau nirwana. Tertarik untuk melihat langsung kompleks makam Londo di Toraja? Persiapkan diri Anda, ya!

5. Batutumonga


Ingin berkunjung ke negeri di atas awan? Datanglah ke Batutumonga di Tana Toraja. Batutumonga merupakan wilayah yang berlokasi di lereng Gunung Sesean atau berjarak sekitar 24 km dari Kota Rantepao.
Gunung Sesean sendiri merupakan gunung tertinggi yang ada di Tana Toraja. Belum sampai ke puncak Gunung Sesean, cukup di area lereng gunung tepatnya di Batutumonga, Anda sudah bisa melihat keseluruhan Tana Toraja yang keindahannya sempurna.
Dari Batutumonga, Anda juga bisa melihat hamparan sawah yang luas yang bersatupadu dengan panorama puncak gunung, pepohonan, awan, matahari, serta kabut yang porsinya pas. Pas sempurna! Berada di Batutumonga akan membuat Anda percaya bahwa negeri di atas awan bukanlah sebuah dongeng belaka.

bersambung ke bagian 2 ya,

"Jelalahi Negerimu, Karena Indonesia Keren Banget"   

0 komentar :

Posting Komentar

Search

Buy My Photo in :

Eddywu Stock Images

Instagram

--

Popular Posts

Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Tiket dan Hotel

S

Search Here

Like

Copyright © Travelovely - Travel with love everywhere and everytime | Powered by Blogger
Distributed By MyBloggerThemes | Design by SimpleWpThemes